Rabu, 22 Februari 2012

PENANAMAN CASUARINA SP

             Indonesia dan Timor Leste berada pada daerah ring of fire, yang merupakan daerah rawan gempa bumi yang sangat potensial menimbulkan bencana tsunami. Mengingat kondisi ini kembali rasa cinta dan kepekaan terhadap lingkungan hadir dalam jiwa Kelompok Mahasiswa Studi Lingkungan Mangrove Instiper Club (KMSL_MIC).

             Cemara udang (Casuarina sp) merupakan tumbuhan pesisir pantai yang  bisa menahan laju tsunami, pembuatan lapisan cemara udang di sepanjang pantai dapat digunakan sebagai benteng untuk melindungi penduduk, sekaligus tempat berkembangnya satwa yang sangat peka dengan tanda-tanda terjadinya tsunami. Satwa ini nantinya dapat memberi isyarat kepada manusia saat gelombang raksasa datang. Tumbuhan cemara udang juga mampu menahan tiupan angin kencang, hempasan gelombang laut, dan terpaan pasir yang bergulung di sepanjang pantai selatan, sehingga sangat baik digunakan sebagai “windbarier” di kawasan pantai yang rentan terhadap bahaya angin kencang atau badai selatan dan tsunami.

            Minggu 19 februari 2012 di sepanjang pesisir pantai desa jangkaran kabupaten kulon progo KMSL MIC bekerjasama dengan Tzu Chi Sinar Mas kembali memberikan kontribusi nyata melalui penanaman 200 bibit cemara udang (casuarina sp) yang melibatkan 50 orang anggota KMSL-MIC, 3 orang perwakilan Tzu Chi dari sinar mas. Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja P2_SDA dan selingan baksos. Ageng Syafullah selaku ketua Panitia menututrkan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan penanaman kali ini.

           Ir. Rawana,MP dan Ir. Tguh Wijayanto selaku Pembina KMSL MIC sebelum melakukan penanaman menuturkan tetap semangat dan terus beraktivitas untuk mangrove agar bisa mengembangkan realitas mangrove yang berhubungan dengan masyarakat agar masyarakat bisa mengetahui lebih banyak manfaat mangrove untuk daerah pesisir pantai dan masyarakat sekitar.

            Anita Nurul Ramadhani selaku ketua umum KMSL MIC berharap kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan untuk meningkatkan kepekaan kita terhadap lingkungan dan berharap semua anggota KMSL_MIC selalu semangat.



  Penulis_Ricca Affressia

BAKTI SOSIAL PEMERIKSAAN KESEHATAN UMUM

             Kulon Progo, Yogyakarta- KMSL_MIC (kelompok Mahasiswa Studi Lingkungan Mangrove Instiper Club) merupakan Unit kegiatan mahasiswa yang bergerak dibidang lingkungan. Kini lagi-lagi KMSL MIC melambung dalam berbagai kegiatan.
Kegiatan Baksos dilaksanakan di Desa Jangkaran Kecamatan Pasir Mendit Kabupaten Kulon Progo 18 februari 2012. Tepatnya di SD Pasir Mendit Jangkaran, Temon, Kolon Progo. Unit Kegiatan Mahasiswa pencinta Lingkungan, Mangrove Instiper Club (KMSL_MIC) bekerja sama dengan Yayasan Budha Tzu Chi Perwakilan Sinar mas. Kegiatan Baksos ini melibatkan 7 Dokter dari Jakarta, 4 Dokter dari Yogyakarta, dan 1 Dokter dari Kulon Progo serta beberapa Apoteker dari Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Dengan jumlah melibatkan 370 pasien, 130 relawan INSTIPER yang terdiri dari mahasiswa ETF, Stik smart, dan UKM KMSL_MIC, dan 25 Relawan Sinar Mas.
            Ketua puskesmas temon  Drg. Amie Mursiastuti, M,kes yang  dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan baksos menuturkan bahwa kegiatan ini sangat positif karena kesehatan bukan milik orang kesehatan dan kegiatan ini lebih bermanfaat karena keterbatasan jarak dan biaya dan berharap kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Bapak Tawang Sotya Djati selaku ketua tzu chi perwakilan sinarmas mengucapkan banyak terimakasih kepada relawan, dokter, serta masyarakat yang turut berpartisipasi dalam kegiatan baksos kali ini. Hal yang sama pun terutarakan oleh bapak Sugeng selaku lurah desa jangkaran.
            Kegiatan ini sangat bagus,  kalau bisa sekali-kali tetap dilaksanakan untuk menunjang kami dalam golongan menengah kebawah untuk menjangkau kesehatan dan dilaksanakan secara berkelanjutan, karena desa kami ini daerah terpencil, pengalaman pengetahuan kurang, komunikasi susah, kurangnya biaya dan jangkauan kesehatan jauh serta perlu perhatian lebih dari daerah strategis lainnya, ujar Sutiwiyanto (68) selaku masyarakat sekaligus pasien dalam kegiatan baksos ini. Ir. Teguh wijayanto ( LPPM Instiper sekaligus Pembina KMSL MIC) dan Ir. Rawana, MP ( Dosen fakulta kehutan Instiper dan Pembina KMSL_MIC) berharap kedepannya instiper dan sinarmas dapat meningkatkan kerjasama dalam kepeduliannya terhadap sesama. Anita Nurul Ramadhani selaku ketua UKM KMSL_MIC ketika diwawancara mengatakan kegiatan ini bertemakan baksos umum karena bisa dilakukan menyeluruh tanpa pandang usia dan mencakup kesehatan secara umum dan dengan adanya baksos ini bisa memberikan kontribusi untuk masyarakat sekitar serta sapat bersosialisasi tentang manfaat mangrove yang berada disekitar pantai desa jangkaran, serta menuturkan ucapan terimakasih, tetap semangat kepada tzu chi dan relawan yang hadir dalam kegiatan ini.
            Tampak dari raut gembira terpancar diantara wajah-wajah pasien yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan mewakilkan rasa syukur atas apa yang sudah terjadi. Tak ada hal lebih yang mereka harapkan selain kepedulian terhadap sesama. Gandengan tangan maupun rangkulan pada pasien yang tidak kuat lagi untuk berjalan membuat rasa cinta kasih antar sesama terpancar dalam teriknya mentari.
            Selain melaksanakan Baksos KMSL_MIC melakukan penanaman 200 bibit cemara udang (Casurina sp) yang dilaksanakan di sepanjang pesisir pantai desa jangkaran 19 februari 2012. Ir. Rawana,MP selaku Pembina KMSL MIC menuturkan tetap semangat dan terus aktivitas dan mangrove bisa mengembangkan realitas mangrove yang berhubungan dengan masyarakat agar masyarakat bisa mengetahui lebih banyak manfaat mangrove untuk daerah pesisir pantai dan masyarakat sekitar.

Penulis_Ricca Affressia

Rabu, 15 Februari 2012

Metigasi Tsunami

 Sumberdaya pesisir dan laut merupakan sumberdaya yang sangat kuat dalam mendukung berbagai aspek kehidupan  manusia Indonesia. Wilayah pesisir menyediakan ruang dan kemudahan bagi kehidupan ekonomi, aksesibilitas, rekreasi, transportasi dan yang utama adalah ketersediaan pangan.
Disamping itu wilayah pesisir juga berfungsi sebagai pelindung alami dinamika proses kelautan dan iklim yang sering kali tidak dapat di duga. Di wilayah pesisir terdapat vegetasi hutan pantai. Hutan pantai berfungsi sebagai peredam terjangan gelombang, selain itu juga berfungsi untuk menahan benda-benda atau puing-puing yang akan dihanyutkan kedaratan.


Penataan hutan pantai yang salah akan menyebabkan Abrasi pantai dan tsunami. Indonesia dan Timor Leste berada pada daerah ring of fire, yang merupakan daerah rawan gempa bumi yang sangat potensial menimbulkan bencana tsunami.


“Apakah tsunami dapat dijinakkan ?
Bagaimana cara menjinakkan atau mitigasi tsunami ?”


Salah satu mitigasi tsunami dapat dilakukan dengan penataan ruang pantai, penghijauan pantai, perlindungan alami dan peningkatan kesadaran masyarakat.


Penataan ruang pantai sangat menetukan potensi tsunami, penataan ruang pantai yang baik yakni dengan menetapkan kawasan hutan mangrove di tepian pantai selain berfungsi sebagai pengurangan abrasi pantai penataan hutan mangrove dengan teknik silvikultur terdiri dari Sistem penanaman zigzag (untu walang) Jarak tanam 0,25 x 0,25 m s/d  4x4 m sesuai kondisi fisik lokasi dan tujuan penanaman, Lebar hutan mangrove searah garis pantai apabila kawasan memungkinkan minimal 150m berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami, memperlambat kecepatan gelombang dan revitalisasi ekosistem pesisir.


Lebar hutan Mangrove 200m, kerapatan pohon 3000 pohon per hektar, diameter pohon 15 cm, dapat mereduksi tinggi gelombang 50 – 60 % dan kecepatan gelombang 40 – 60 % (Prof. Cecep – IPB – 2008 ).


Lebar hutan Mangrove 100m jarak tanam 3x4 m / kerapatan pohon 1%, dapat meredam kecepatan gelombang 20 – 35% (Widjo Kongko – BPPT – 2008 ).


Setelah hutan mangrove dilakukan penanaman hutan perkebunan yang mempunyai fungsi sama dengan hutan mangrove berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami, memperlambat kecepatan gelombang dan revitalisasi ekosistem pesisir.


Kemudian dengan mengatur posisi bangunan disekitar tepian pantai bangunan diupayakan menyudut yang bertujuan untuk menghindari hantaman gelombang.


Ricca Affressia
(Gadis Forester Bangka)












   
   

Metigasi Tsunami

Sumberdaya pesisir dan laut merupakan sumberdaya yang sangat kuat dalam mendukung berbagai aspek kehidupan  manusia Indonesia. Wilayah pesisir menyediakan ruang dan kemudahan bagi kehidupan ekonomi, aksesibilitas, rekreasi, transportasi dan yang utama adalah ketersediaan pangan.

Disamping itu wilayah pesisir juga berfungsi sebagai pelindung alami dinamika proses kelautan dan iklim yang sering kali tidak dapat di duga. Di wilayah pesisir terdapat vegetasi hutan pantai. Hutan pantai berfungsi sebagai peredam terjangan gelombang, selain itu juga berfungsi untuk menahan benda-benda atau puing-puing yang akan dihanyutkan kedaratan.

Penataan hutan pantai yang salah akan menyebabkan Abrasi pantai dan tsunami. Indonesia dan Timor Leste berada pada daerah ring of fire, yang merupakan daerah rawan gempa bumi yang sangat potensial menimbulkan bencana tsunami.

“Apakah tsunami dapat dijinakkan ?

Bagaimana cara menjinakkan atau mitigasi tsunami ?”

Salah satu mitigasi tsunami dapat dilakukan dengan penataan ruang pantai, penghijauan pantai, perlindungan alami dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Penataan ruang pantai sangat menetukan potensi tsunami, penataan ruang pantai yang baik yakni dengan menetapkan kawasan hutan mangrove di tepian pantai selain berfungsi sebagai pengurangan abrasi pantai penataan hutan mangrove dengan teknik silvikultur terdiri dari Sistem penanaman zigzag (untu walang) Jarak tanam 0,25 x 0,25 m s/d  4x4 m sesuai kondisi fisik lokasi dan tujuan penanaman, Lebar hutan mangrove searah garis pantai apabila kawasan memungkinkan minimal 150m berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami, memperlambat kecepatan gelombang dan revitalisasi ekosistem pesisir.

Lebar hutan Mangrove 200m, kerapatan pohon 3000 pohon per hektar, diameter pohon 15 cm, dapat mereduksi tinggi gelombang 50 – 60 % dan kecepatan gelombang 40 – 60 % (Prof. Cecep – IPB – 2008 ). Lebar hutan Mangrove 100m jarak tanam 3x4 m / kerapatan pohon 1%, dapat meredam kecepatan gelombang 20 – 35% (Widjo Kongko – BPPT – 2008 ).
Setelah hutan mangrove dilakukan penanaman hutan perkebunan yang mempunyai fungsi sama dengan hutan mangrove berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami, memperlambat kecepatan gelombang dan revitalisasi ekosistem pesisir.

Kemudian dengan mengatur posisi bangunan disekitar tepian pantai bangunan diupayakan menyudut yang bertujuan untuk menghindari hantaman gelombang.

Ricca Affressia
Gadis Forester Bangka






   
   

Selasa, 07 Februari 2012

Mangrove Training Camp

Kulon Progo, - Kelompok Mahasiswa Study Lingkungan Mangrove Instiper Club (KMSL-MIC) sukses melaksanakan kegiatan Mangrove Training Camp (MTC II) yang merupakan program kerja tahunan dari divisi Pelatihan dan Pengembangan Sumber daya Manusia (P2-SDM) KMSL_MIC 2012.

Kegiatan dilaksanakan di  Jogja Orangutan Centre yang  bertempat di Dusun Paingan, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 14-15 januari 2012 dengan tema “Menempa Diri Menjadi yang Berprestasi Dalam Kebersamaan KMSL-MIC”. Kegitan ini diikuti oleh 60 peserta yang meruakan kader-kader terbaik KMSL_MIC.

Didalam “Mangrove Training Camp” ini diadakan berbagai macam pelatihan meliputi; pelatihan penulisan karya tulis ilmiah, pelatihan manajemen organisasi, pelatihan kepanitiaan, serta Out  bond yang merupakan contoh kecil penerapan manajemen organisasi yang baik. Materi kegiatan ini betujuan untuk lebih meningkatkan kualitas SDM anggota KMSL-MIC.   Bertindak sebagai ketua panitia adalah Bagus Wiratsongko.

Ketua KMSL_MIC Anita Nurul Ramadhani dalam sambutannya sekaligus membuka acara MTC II menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan proses belajar untuk menjadi yang terbaik serta pentingnya sebuah kaderisasi dan mempererat tali sirahturahmi antar anggota KMCL_MIC serta ucapan terimakasih kepada panitia MTC II.

Sungguh tak terbayangkan sebelumnya pada kesempatan ini KMCL_MIC mencoba membangkitkan jiwa seorang kepemimpinan dalam diri mahasiswa karena dari kesemua materi disampaikan oleh mahasiswa INSTIPER sendiri serta anggota KMSL_MIC. Sehingga dapat melatih anggota KMSL-MIC menjadi seorang pemimpin yang berkualitas dan menjadi panutan untuk generasi selanjutnya.

Materi I “Penulisan Karya Ilmiah” disampaikan oleh Joni manurung 09/BP dengan judul “Erudition Is Fun (Karya Ilmiah Menyenangkan)” dengan mengulas ciri-ciri karya ilmiah serta sistematika penulisan karya ilmiah. Materi II “ Divisi KMSL-MIC” yang disampaikan oleh setiap divisi, divisi Pelatihan dan Pengembangan Sumber daya Alam (P2-SDA), mengenai P2-SDA dan Fungsi, Manfaat, Kegunaan Mangrove oleh M. Julianur 09/BP. Pelatihan dan Pengembangan Sumber daya Manusia (P2-SDM) oleh Ageng syaifullah 09/BP,   HI (Hubungan Internasional) oleh Rizky Ade Candra 09/BP, dan KRT (Kesekretariatan dan Rumah tangga) oleh Abdul Musta’in 09/TP. Materi III “ Manajemen Organisasi” oleh Ageng sayfullah 09/BP. Materi IV “Kepanitiaan”oleh Ricky 09/BP. serta Materi V ”OUT BOND” oleh Panitia penyelenggara MTC II.

Ketua Umum KMSL MIC berharap dengan adanya kegiatan ini mampu membentuk kader-kader  baru untuk melanjutkan tongkat estapet KMSL-MIC serta menjadi kader yang profesional, tangguh, cerdas memiliki  intelektualitas dan agamis. Meningkatkan kekompakkan, solidaritas, serta kekeluargaan di dalam KMSL-MIC.




Penulis
Ricca Affressia